Akses untuk ke suku ini lebih mudah dari Malaysia meskipun berjalan kaki melewati hutan dan mendaki Gunung Peneresen. bahasa suku Dayak Badat biasa juga disebut bahasa Badat. Secara umum bahasa Badat memperlihatkan ciri-ciri Bidayuhik. Bahkan kelompok ini dapat saling paham dengan beberapa bahasa yang dituturkan Dayak Gun, Sikukng, Suruh, Sontas, maupun Dayak Entabangg. Wilayah penyebaran Dayak Badat di Kabupaten Sanggau hanya tersebar di Kecamatan Entikong, Perbatasan Sarawak, Malaysia. Mereka ini bermukim di hulu Sungai Sekayam dekat Gunung Peneresen. Adapun wilayah pemukiman suku Badat hanya terdiri dari dua kampung saja, yaitu Kampung Badat Lama yang terletak di puncak gunung dan Badat Baru yang berada di lereng gunung.
Dara Dayak // Photo by N/A
Jumlah penutur bahasa Badat di kedua kampung ini, saat penelitian ini dilakukan berjumlah 543 jiwa. Sejarah asal-usul penyebaran Dayak Badat secara rinci sudah tidak diketahui lagi oleh para tetua suku ini. Mereka hanya dapat mengingat bahwa mereka pertama kali bermukim di muara Sungai Banan yang mengalir di Sungai Sekayam. Pemukiman suku ini pada zaman dulu selalu berpindah-pindah. Perpindahan itu ada yang mencari tempat baru agar kelangsungan hidup mereka terjamin. Selain itu, ada juga anggota masyarakat suku ini yang mencari penghidupan di Negeri Sarawak di kawasan Tringgos, seperti di Senah Tupoy, Senah Simutih, dan Sader. Setelah lama menetap di muara sungai ini, kemudian mereka pindah ke pemukimannya yang baru yaitu Kampung Badat.
Sistem kepercayaan masyarakat pada dasarnya bertitik tolak pada 2 prinsip, yakni percaya dengan adanya Tuhan yang satu dan percaya juga kepada roh-roh leluhur atau roh nenek moyang yang telah meninggal silahkan baca di postingan Kepercayaan Asli Orang Dayak. Dalam sistem kepercayaan masyarakat Dayak Badat memiliki kepercayaan bahwa setelah meninggal dunia, maka roh-roh orang tersebut jasadnya akan terus hidup. Bahkan, ada juga anggapan bahwa roh nenek moyang yang telah sampai di surga (saruga) dapat kembali ke dunia ini menjadi pelindung keluarga atau masyarakat. Kepada roh inilah terkadang masyarakat memohon perlindungan dan menyampaikan permohonan.
Masyarakat suku Dayak Badat dalam bertahan hidup mengandalkan sektor pertanian dan perkebunan untuk mendapatkan penghasilan, selain itu mereka juga melakukan perburuan binatang liar ke dalam hutan serta memelihara beberapa hewan ternak seperti ayam dan babi. Saat ini tidak sedikit juga dari masyarakat suku Dayak Badat yang sudah melangkah lebih maju untuk bekerja di sektor pemerintahan maupun swasta.
Sumber
Alloy, Surjani, dkk.,MOZAIK DAYAK: Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak di Kalimantan Barat, Institut Dayakologi, Pontianak, 2008.
No comments:
Post a Comment