Ritual Dayak Benyadu // Photo by N/A
Dayak Banyadu’ di Taria’ sesungguhnya merupakan Dayak Manyuke (Banyuke) yang berbahasa Banyadu’ di wilayah Sungai Menyuke. Wilayah penyebaran Dayak Banyadu’ Taria’, terdapat di wilayah adat Taria’. Kampung-kampung yang termasuk ke dalam wilayah adat Taria’ adalah Kampung Madas-Taria’, Tamia’ Sio, Antibak (Santibak), dan Paranuk-Takalokng. Mereka berjumlah 1.573 jiwa. Dayak Banyadu’ yang ada di Kampung Teria’ dan ketiga kampung lainnya di Kecamatan Teriak merupakan perpindahan Dayak Banyadu’ yang ada di Binua Banokng Satona.
Walaupun pada mulanya, penyebaran orang Dayak Banyadu’ Taria’ ini hanya di empat buah kampung, namun dalam perkembangan selanjutnya mereka menyebar lebih luas lagi. Hal ini salah satunya karena mereka mengadakan kawin campur dengan subsuku Dayak yang lain. Faktor perkawinan ini juga sebagai sarana persebaran bahasa yang mereka miliki. Mula-mula kelompok ini memang bermukim di sepanjang hulu Sungai Menyuke (Banyuke) kemudian berpindah ke arah hilir Sungai Menyuke, yaitu di daerah Kampet, Timakng Bale, dan Pangao’. Di antara mereka ada kelompok orang Banyadu’ yang masuk jauh ke dalam ke arah selatan Kota Bengkayang, yaitu ke Kampung Balacatn, Sabah, Barinang Mayun, dan Titi Tarekng.
Dari Kampung Barinang Mayun, Titi Tarekng, dan sekitarnya inilah mereka kemudian menyebar ke Kampung Tamia’ Sio, Antibak, Madas, dan Paranuk. Perpindahan ini dikarenakan oleh berbagai faktor, misalnya membuka ladang dan melarikan diri pada zaman bakayo dulu. Pada waktu itu Kampung Taria’ yang berada di tepi jalan dihuni oleh orang Cina. Perkataan Taria’ itu sendiri berasal dari perkataan teriak yang diambil dari suatu kejadian ada orang Cina yang berteriak-teriak di tepi Sungai Taria’ sekarang ini.
Perpindahan kelompok Dayak Banyadu’ ke Kampung Teriak di tepi jalan terjadi baru-baru ini, yaitu sesudah terjadi Demonstrasi Cina 1967. Pada waktu itu di Kecamatan Bengkayang diperintah oleh Camat Ahi. Atas saran beliau, orang-orang Banyadu’ yang tinggal agak jauh dari jalan raya dianjurkan agar pindah ke tepi jalan. Sejak itulah terjadi perpindahan ke Kampung Taria’ (Teriak).
Perlu digarisbawahi bahwa pada masa itu, kawasan ini didiami oleh orang-orang Cina. Hubungan antara orang-orang Cina dengan orang Dayak pada waktu itu cukup baik, walaupun orang-orang Dayak hanya sebagai suruhan, buruh, atau pembantu. Sistem kepercayaan masyarakat pada dasarnya bertitik tolak pada 2 prinsip, yakni percaya dengan adanya Tuhan yang satu dan percaya juga kepada roh-roh leluhur atau roh nenek moyang yang telah meninggal.
Suku ini bertahan hidup mengandalkan sektor pertanian dan perkebunan untuk mendapatkan penghasilan, selain itu mereka juga melakukan perburuan binatang liar ke dalam hutan serta memelihara beberapa hewan ternak seperti babi dan Ayam, Saat ini tidak sedikit juga dari masyarakat suku Dayak Benyadu sudah melangkah lebih maju untuk bekerja di sektor pemerintahan maupun swasta.
Indonesia selain di kena kaya akan alamnya kaya juga dg budaya,adat istiadat dan sukunya ya mas..
ReplyDeleteTerima ksh sdh berbagi :)
Suku dayak benar2 kaya akan seni, dan saya sangat bangga melihatnya,,,
ReplyDeleteSebuah kebanggan tersendiri bagi bangsa Indonesia kaya akan suku bangsa dan budaya ^_^
Terima kasih utk sharing yg bermanfaat ^^^
@budi os 19: Benar sekali mas tapi sayang sekali untuk kebudayaan Suku Dayak dimiliki 3 negara sehingga tidak bisa di patenkan.Terima kasih sudah menyisihkan waktu untuk membaca dan berkomentar
ReplyDelete@Indri Lidiawati: Indonesia punya sejuta exsotik yang tersembunyi dan belum di publikasikan untuk publik, Terima kasih sudah menyisihkan waktu untuk membaca dan berkomentar