Bela Diri Tradisional Dayak

Silat, bela diri tradisional Dayak merupakan salah satu bela diri warisan leluhur. Dikalimantan Barat (Kab.Landak) Bela diri Tradisional Dayak dikenal dengan nama “SILAT”, Sedangkan di Kalimantan Tengah (kab. Gunung Mas) bela diri tradisional Dayak tersebut di kenal dengan nama "MAIN". Dilihat Dari cara belajar (Berguru) bela Diri dari kedua kabupaten yang ada dikalimantan tersebut tidak jauh berbeda. Kesamaan belajar bela diri tradisional dari kedua kabupaten tersebut terletak pada tempat latihan (Dojo: Bahasa Jepang ), Dimana Dojo untik latihan tersembunyi dan tidak diketahui khalayak ramai (masyarakat) biasanya Dojo untuk belajar bela diri di hutan-hutan dan jauh dari pemukiman. Bela diri tradisional Dayak sebenarnya mempunyai banyak aliran dan setiap aliran mempunyai gerakan sendiri namun pada dasarnya inti dari gerakan sama.

Tarian Mandau
Peserta Tarian Mandau 1997 // Photo by Elbrigita Yohana

Dewasa ini banyak pemuda Dayak tidak bisa bela diri tradisional lantaran kerena sulit mendapatkan Pelatih atau dikenal dengan Istilah Guru. Guru Bela diri tradisional Dayak berbeda dengan guru bela diri Modern yang mudah didapat, Guru bela diri tradisional Dayak justru bisa di ibaratkan mencari jarum didalam tumpukan Jerami. Hal yang menjadi permasalahan umum susahnya mencari guru bela diri tradisional Dayak kerena banyak guru bela diri yang di uji oleh murid sendiri ketika acara belajar berakhir atau dikenal dengan istilah Ba’ Tamat Silat. Menjadi guru bela diri bukan perkara gampang, Di kalimantan barat (Landak) sendiri menjadi guru bela diri tradisional harus orang yang memang sudah benar-benar berpengalaman, Selain itu menjadi guru bela diri setidaknya minimal sudah pernah tamat belajar beladiri sebanyak 3 kali pada 3 guru yang berbeda tapi jika bisa lebih dari itu maka jauh lebih baik.

Talo, Salah satu pelatih bela diri tradisional Dayak Mengatakan “Menjadi Guru bela diri tradisional Dayak harus benar-benar mengerti dan paham pantangan dan tata cara leluhur belajar, dimana guru dan murid wajib memiliki ikatan yang sakral terhadap leluhur yang tidak boleh dilangar, jika dilangar akibatnya patal”. Talo juga menjelaskan “ Semakin banyak seorang guru bela diri tradisional belajar atau berguru bela diri tradisional pada orang lain (guru lain) maka murid-muridnya kelak juga jauh lebih bajeng (Lihai, Kuat dan handal) bahkan tak terkalahkan layaknya jawara Dayak zaman dahulu kala”. Menurut Talo, Ilmu bela diri yang dimilikinya didapat dari hasil belajar pada 7 guru. Selain itu, dia juga memiliki guru bela diri lewat mimpi, Dimana guru yang mengajarkannya lewat mimpi menggunakan pakaian adat Dayak lengkap seperti ingin pergi berperang dengan jengot memutih , memanjang hingga sampai di perut, Dia juga pernah diajarkan seekor hewan berupa beruk (Orang Utan).

Belajar Ilmu bela Diri tradisional Dayak tidak hanya untuk memperkuat diri tapi juga adalah salah satu bentuk mencintai Seni. Salah satu seni yang mungkin dikenal masyarakat banyak adalah Tari perang, Tari mandau dan masih banyak lagi tarian-tarian yang diambil dari bela diri tradisional dimana beberapa bagian dihilangkan dengan kata lain di kolaborasi lantaran pamali dan tidak semua orang yang menari bisa bela diri. Dalam bela diri tradisional Dayak sendiri tarian perang dikenal dengan sebutan jurus “Bunga Perang” dan Jurus “Bunga mandau” dimana orang yang bisa menarikannya memiliki keahlian khusus, Jurus tersebut boleh dipertontonkan di publik tapi tidak diperbolehkan mengeluarkan Jurus pemungkasnya.

No comments:

Post a Comment