Dayak Banyuke Moro Batukng

Dayak Banyuke Moro Batukng adalah subsuku Dayak yang tinggal di wilayah adat Moro-Batukng di Kabupaten Landak. Jaraknya kira-kira 30 kilometer dari Darit, Ibukota Kecamatan Menyuke. Bahasa yang dituturkan oleh Dayak Moro- Batukng disebut bahasa Bangae-Moro. Bahasa ini mempunyai tingkat kesepahaman yang tinggi dengan bahasa Banana’ atau Ahe. Mereka juga tergolong ke dalam rumpun Dayak Banyuke. Secara kebahasaan, bahasa Bangae-Moro ini tergolong ke dalam rumpun bahasa Melayik. Kampung-kampung yang tergabung dalam wilayah adat Moro-Batukng ini adalah Kampung Moro Batukng, Nela, Apikng, dan Paluntatn.

Binua ini dinamakan Binua Moro Batukng. Mula-mula mereka berjumlah tujuh kepala keluarga. Akhirnya beranak pinak dan menjadi banyak. Bukti cerita ini dapat diketahui dari bahasa serta adat istiadat penduduk setempat. Jumlah penutur bahasa ini sebanyak 1.073 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 543 orang dan perempuan sebanyak 530 orang. Dayak ini merupakan asli Dayak banyuke hal tersebut terlihat dari cerita yang bermula sekitar lima ratus tahun yang lalu, sebelum kedatangan misionaris Katholik ke Kalimantan, ada perang kayo antara Dayak Banyuke dengan Dayak di Kabupaten Sambas. Tidak diketahui Dayak apa yang dari Kabupaten Sambas.

Pada mulanya Dayak dari wilayah Sambas unggul dalam perang kayo tersebut dan orang Banyuke kalah. Akibat mengalami kekalahan maka seorang Pangglima Kayo Banyuke yang bernama Rancakng Pajare minta pertolongan kepada orang kuat yang bernama Mane Pajare. Dari namanya ada kemungkinan kedua tokoh ini masih saudara atau mungkin juga masih kerabat dekat. Setelah perang binua ini dihadiahkan kepada mane pajare sehingga Binua ini dinamakan Binua Moro Batukng. Mula-mula mereka berjumlah tujuh kepala keluarga. Akhirnya beranak pinak dan menjadi banyak. Bukti cerita ini dapat diketahui dari bahasa serta adat istiadat penduduk setempat.

Sistem kepercayaan masyarakat pada dasarnya bertitik tolak pada 2 prinsip, yakni percaya dengan adanya Tuhan yang satu dan percaya juga kepada roh-roh leluhur atau roh nenek moyang yang telah meninggal. Suku ini bertahan hidup mengandalkan sektor pertanian dan perkebunan untuk mendapatkan penghasilan, selain itu mereka juga melakukan perburuan binatang liar ke dalam hutan serta memelihara beberapa hewan ternak seperti babi dan Ayam, Saat ini tidak sedikit juga dari masyarakat suku Suku Dayak Banyuke Moro sudah melangkah lebih maju untuk bekerja di sektor pemerintahan maupun swasta.

No comments:

Post a Comment