Dayak Banyuke-Angkabakng adalah subsuku Dayak yang tinggal di wilayah adat Angkabakng, Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak. Bahasa yang dituturkan adalah bahasa campuran Satona’-Banyadu’ dan Banana’-Ahe. Menurut data kependudukan dari kecamatan, jumlah mereka ada 5.356 jiwa. Asal mereka dari wilayah adat Angkabakng atau Binua Angkabakng.
Menurut penuturan informan, nenek moyang mereka memang sudah tinggal di wilayah ini sejak zaman dulu. Di kalangan khalayak ramai, bahasa Banana’/Ahe dikenal dengan nama bahasa Kanayatn, sehingga orang-orang yang menuturkan bahasa ini disebut juga Dayak Kanayatn. Secara kebahasaan, bahasa ini tergolong ke dalam rumpun bahasa Melayik.
Kampung-kampung yang tergabung ke dalam wilayah adat Angkabakng adalah Kampung Angkaras, Ladangan, Ringo Lojok, Ringo Timawakng, Ringo Paluntatn, Barinang Segonceng, Nangka, Lasukng, Kelapaan, Sebakit, Segonjeng, Bulu, Jage, Limo, Tangkoyongan Gamang, Berinang Semunut, Guna, Bansal, Gulong, Sano Tembawang, Sano Serehe, Timpakng, Soren, Tempa’, dan Bongkok.
Sistem kepercayaan masyarakat pada dasarnya bertitik tolak pada 2 prinsip, yakni percaya dengan adanya Tuhan yang satu dan percaya juga kepada roh-roh leluhur atau roh nenek moyang yang telah meninggal.
Suku ini bertahan hidup mengandalkan sektor pertanian dan perkebunan untuk mendapatkan penghasilan, selain itu mereka juga melakukan perburuan binatang liar ke dalam hutan serta memelihara beberapa hewan ternak seperti babi dan Ayam, Saat ini tidak sedikit juga dari masyarakat suku Dayak Banyuke-Angkabakng sudah melangkah lebih maju untuk bekerja di sektor pemerintahan maupun swasta.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment