Penulis Opini - Identitas dan kebudayaan Dayak terancam punah mungkin ada yang berpikir hal Tersebut mustahil. Punah-nya sebuah kebudayaan dan identitas Dayak sesungguhnya sudah terjadi. Hal yang paling mencolok adalah Memanjangkan telinga dan membuat tatto, meskipun tidak semua suku Dayak melakukan hal yang sama. Hal yang pasti sama dimiliki suku dayak adalah bela diri tradisional dan rumah adat yang dimiliki oleh para leluhur, Dimana bela diri tersebut berpungsi untuk menahan diri dari serangan musuh (Saat Ngayau) dan serangan binatang buas saat berburu. Sangat disayangkan anak-anak Dayak sekarang ini engan untuk belajar bela diri tradisional, bahkan para tetua (orang-orang tua) dikampung yang bisa bela diri engan untuk mengajarkan hal tersebut kerena lebih banyak pandangan negatif bagi yang mengajarkan bela diri tersebut. Faktor lain yang menyebabkan identitas dan kebudayaan Dayak terancam punah adalah pendidikan formal, agama asing, dominasi budaya asing, Perundang-undangan /peraturan yang memihak penguasa dan Invansi kapitalis internasional.
Pendidikan Formal membawa dampak positif dan negative bagi orang Dayak. Namun di Indonesia pendidikan formal (sekolah) dilaksanakan dengan penuh indokrinasi (penggaburan sejarah asli) sehingga mencerabut orang dari budaya-nya sendiri dan tidak kritis. Anak-anak Dayak di dokrin untuk melecehkan budaya mereka sendiri. Cara-cara orang Dayak bertanam karet,berburu,memanfaatkan hasil hutan,memelihara pohon buah-buahan dianggap tidak produktip, kolot, primitive, tidak berbudaya. Buku bacaan di sekolah banyak bercerita tentang cerita-cerita dari luar Kalimantan. Sehingga membuat Manusia Dayak tumbuh menjadi asing di negeri sendiri yang memusuhi budaya mereka sendiri bahkan tidak mengenal budayanya sendiri.
Agama Asing yang diakui undang-undang membuat dampak yang luar biasa dan menimbulkan banyak persepsi positif dan negatif bagi kebudayaan Dayak, tapi lebih banyak Negatifnya ketimbang positifnya. Meskipun tidak dapat dipungkiri beberapa agama masih menghargai sebuah kebudayaan bahkan penyokong besar kebudayaan. Sejujurnya Pelindung dan penjaga kebudayaan Dayak sesungguhnya adalah orang Kaharingan. Dalam pemerintahan daerah, tidak pernah terdapat seorang Kaharingan yang menjadi penanggungjawab kebudayaan.
Budaya Asing yang mendominasi merupakan ancaman yang serius dan cukup patal akan kepunahan identitas dan budaya Dayak. Terlebih lagi dipendidikan formal lebih dominan memperkenalkan budaya Asing yang di luar puau kalimantan. Hal yang paling sering di temukan banyaknya Anak-anak Dayak yang tidak mengerti bahasa Ibu dan bahasa leluhur dimana mereka dilahirkan, tinggal, dibesarkan. Hal ini sangat miris sebagai orang Dayak tidak mengerti bahasa ibu, dan cenderung mengunakan bahasa Melayu dan bahasa indonesia dalam kehidupan sehari-hari di rumah.
Perundang-undangan /peraturan yang memihak penguasa dan Invansi kapitalis internasional merupakan penjajahan baru untuk Masyarakat. Banyak masyarakat adat yang akirnya tersingkirkan dari tanah kelahiran dan tempat tinggalnya lantaran hutan adat dan desa tempat mereka tinggal dijual oleh para penguasa. Ditambah lagi invansi kapitalis international dan ekonomi global membuat banyak kebudayaan hilang.
Menurut penelitian Institus Dayakology (1996) dibahas dan disinggung 5 (lima ) paktor yang menyebabkan hancurnya kebudayaan Dayak sebagai identitas utama masyarakat Dayak yakni ;
1. Pendidikan Formal
2. Agama asing
3. Dominasi budaya asing
4. Perundang-undangan /peraturan yang memihak penguasa
5. Invansi kapitalis internasional.
Referensi :
1. Sen,Amartya, “Kekerasan Dan Ilusi Tentang Identitas”, Penerbit PT Buku Kita, Jakarta, 2007.
2. Munanti,yekti.2004."Identitas Dayak dan politik kebudayaan".Yokyakarta:PT LKIS Pelangi Aksara yokyakarta.
No comments:
Post a Comment