Rumah Panjang Bingge

SAHAM - Rumah Panjang Bingge begitu orang-orang biasa menyebutnya. Di sanalah sejarah perabadan Suku Dayak Kanayatn tersimpan. Rumah Panjang Bingge Letaknya tidak terlalu jauh dari Rumah panjang Saham yang berusia ratusan tahun yang berada di Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, kalimantan Barat . Panjang Rumah Tersebut sekitar 54 meter dengan sembilan buah pintu. Artinya Rumah tersebut dulu ada sembilan kepala keluarga yang hidup dan tinggal di bawah satu atap. Saat ini, rumah tersebut dihuni 67 orang.


Rumah Panjang Bingge
Rumah Panjang Bingge // Photo by Donny Iswandono

Sangat disayangkan mahakarya warisan leluhur suku Dayak Kanayatn tersebut sudah tidak layak lagi huni dan tinggal menunggu roboh lantaran terbengkalai. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan pemandangan rumah panjang Binua pantu. Lantai rumah panjang Bingge juga tidak jauh berbeda dengan rumah panjang lainnya dikalimantan barat. Di depan bangunan utama berdiri beberapa bangunan kecil yang kelihatan sudah tua terlewatkan oleh waktu sejalan dengan perubahan peradaban dan zaman. Bangunan kecil tersebut biasanya digunakan oleh Orang-orang dahulu kala sampai saat ini untuk menyimpan padi.

Rumah Panjang Bingge merupakan peninggalan yang fantastis, dimana bukti solidaritas dan persaudaraan yang tinggi berkembang. Bangunan tersebut masih terlihat asli dan sudah ada sejak bangunan itu didirikan oleh leluhur. Tiang dari kayu ulin/beliant ( “Taras” sebutan dalam bahasa Dayak Kanayatn) dengan ukuran 16×16 cm, Dibeberap bagian dindingnya masih menggunakan kulit kayu yang lebarnya sekitar 2,5 cm. Sementara beberapa anyaman ari bahan bambu yang dibuat oleh beberapa warga yang tinggal dirumah panjang tersebut terlihat disimpan diatas para (para = Dek kalau rumah sekarang).

“Yah, beginilah kehidupan dan tempat tinggal kami. Kayu-kayunya sudah mulai rapuh. Dulu ada bantuan pemerintah untuk merenovasi, tapi inilah hasilnya. Karena menggunakan kayu yang tidak bagus,” kata Leni Yuliana, wanita berusia 37 tahun yang tinggal di rumah betang itu. Mungkin itu adalah sentuhan pertama yang sampai sekarang tidak pernah dirasakan warga lagi. Menurut arumonitor dalam artikelnya beberapa bagian rumah seperti belakang/dapur dindingnya sudah tidak layak lagi. Pemandangan Atap bagian dapur yang tertembus sinar matahari dan dan bocor kala hujan. Tempat memasak masih tradisional, menggunakan kayu dan tungku yang terbuat dari batu. Di atasnya tersusun rapi beberapa kayu bakar, tempat garam, penyedap rasa dan jagung yang tergantung mulai mengering karena panas api tungku. Beberapa anyaman yang digunakan untuk peralatan dapur.

Hanafi, Seorang pengurus adat (pangaraga) Rumah panjang Bingge yang lahir 1963 silam, mengatakan “Warga di sini pada dasarnya sangat terbuka dengan siapa pun yang berkunjung di tempat ini. Tapi terkadang kami malu, karena kondisi bangunan ini sudah banyak yang mengalami kerusakan.” Sangat disayangkan salah satu cagar budaya, identitas, rumah adat, dan awal keberadapan dan perkembangan budaya suku Dayak yang akan menjadi sejarah yang terlupakan. Warga berharap, pihak pemerintah mau memberikan sedikit bantuan untuk segera merenovasi tempat tempat tersebut sebelum roboh. Dimana Jika ada keseriusan, rumah betang Bingge bisa dijadikan satu paket wisata dengan rumah panjang Saham. Selain itu tidak jauh dari rumah panjang ada Riam Ramadi yang bisa dijadikan tempat wisata alam. dimana Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dan tentu-nya akan menghemat waktu dan tenaga para pelancong (pengunjung).

No comments:

Post a Comment