Dayak Lundayeh

Suku Dayak Lundayeh Adalah suatu suku yang tinggal di daerah dataran tinggi diperbatasan timur indonesia tepatnya kawasan pegunungan Apo Duat yang dingin pada ketinggian 1.000-2.000 meter di atas permukaan laut (kalimantan timur) dengan penduduk diperkirakan sekitar 24000 jiwa. Suku ini ditemui di sekitar Bahau dan Mentarang, Kemaloh, Paya dan Sungai Sesayap, Krayan, Nunukan Malinau. Sementara di Sabah terdapat di kawasan Ulu Padas dan Mengalong. Sedangkan di Brunei yaitu di kawasan Temburong dan Pandaruan (Balang and Harrisson,1949; Harrisson 1959; Le Bar 1972).
Suku Dayak Lundayeh
Suku Dayak Lundayeh dikenali juga dengan nama Lun Bawang (di Sarawak dan Brunei Darussalam) yang merupakan penduduk etnik peribumi yang terawal menduduki Kepulauan Borneo. Bahasa Dayak Lundayeh ini juga disebut sebagai bahasa Lun Bawang. Beberapa orang ada yang menyebutkan suku ini “Lun Dayu”, “Lun Daya”, “Lan Dayu”, “Lun Daye”, “Lun Dayoh” dan sebagainya yang merujuk kepada suku kaum Lundayeh. Dari segi bunyi, Lundayeh disebut [lundayÓ™h]. Sebelum tahun 1960, suku Dayak Lundayeh atau Lun Bawang disebut dengan nama Murut (Pollard 1933, 1935; Southwell 1949; Crain 1974, 1978; Deegan 1973).

Menurut legenda bahwa nenek moyang dayak Lundayeh berasal dari daratan Cina yang berimigrasi ke bumi Borneo berabad-abad yang lalu. Hal ini dapat dibuktikan dengan benda peninggalan budaya yang ada dalam masyarakat Dayak Lundayeh, seperti tabu’ (guci), rubi (tempayan), patung proslen, bau (manik) dari Cina dan felepet (pedang sejenis samurai). Sementara sejarawan barat bernama T.R. William (dlm. Mat Zin Mat Kib, 2003:25) berpendapat kira-kira 15,000 hingga 20,000 tahun yang lalu telah berlaku penghijrahan penduduk dari bahagian selatan Negara China ke Asia Tenggara dan kawasan pesisirnya, termasuklah ke Pulau Borneo.

Mereka diperkirakan berpindah dari benua Asia sejak 1,500 hingga 1,000 SM terdiri daripada kumpulan etnik yang pada hari ini disebut “Dusun” dan “Murut”. Berdasarkan fakta kelompok Dusun dan Murut dikatakan dua kelompok yang paling awal berada di Sabah. Kelompok ini secara umumnya disebut Melayu Proto (Bellwood 1985:103; Collins 1998:3-4). Tom Harrison (1959) dan S.Runciman (1960) juga mengesahkan bahawa kaum ini adalah yang terawal menetap di kawasan pergunungan di tengah Kepulauan Borneo. Jika demikian halnya, berdasarkan bukti-bukti sejarah, Lundayeh dikaitkan dengan rumpun bangsa Austronesia dari cabang Nusantara yang telah bertapak di Kalimantan.

Sistem kepercayaan masyarakat pada dasarnya bertitik tolak pada 2 prinsip, yakni percaya dengan adanya Tuhan yang satu dan percaya juga kepada roh-roh leluhur atau roh nenek moyang yang telah meninggal.

Suku ini bertahan hidup mengandalkan sektor pertanian dan perkebunan untuk mendapatkan penghasilan, selain itu mereka juga melakukan perburuan binatang liar ke dalam hutan serta memelihara beberapa hewan ternak seperti babi dan kerbau, Selain itu terkenal dengan barang dagangan Garam gunung (krayan). Saat ini tidak sedikit juga dari masyarakat suku Dayak lundayeh sudah melangkah lebih maju untuk bekerja di sektor pemerintahan maupun swasta.

2 comments:

  1. Pertanyaanku sederhana. Apakah di Cina 15.000 tahun yang lalu sudah dikenal teknologi tempayan, guci (keramik porslein), manik-manik dan barang-barang lainnya yang sejenis? Kedua, kenapa tidak dianalisa bahwa barang-barang tersebut adalah hasil perniagaan masyarakat Lundayeh dengan masyarakat lainnya yang berada di wilayah sekitar pesisi Serawak atau Brunai? Ketiga, hewan kerbau bukan bagian dari binatang endemik Kalimantan. Darimana ini berasal. Kenapa juga tidak dianalisa sebagai bagian dari barter dengan Karet Kalang yang pada masa itu banyak tumbuh di sekitar pegunungan Krayan? Thx

    ReplyDelete
  2. @andre wp : 1. yup. Awal persebaran keramik bermula pada zaman Paleolitk (2.6 juta tahun yang lalu) di daerah Afrika. Di Indonesia keramik ditemukan pada zamanNeoltikum ( 2500 SM–1000 SM). sementara Cina sendiri pada tahun 1500 SM mereka sudah menulis di keramik.

    2.Menganalisa barang-barang tersebut bukan pekerjaan mudah terlebih banyak pengngaburan sejarah. bahkan arkeolog sendiri menghabiskan waktu seumur hidup untuk sebuah argument yang bisa di terima.

    3. Sementara kalau dilihat dari sejarah karet sendiri berasal dari Brazil. sehingga dapat di pastikan karet merupakan hasil dari perdagangan saat itu..

    ReplyDelete