Suku Dayak Bakati’ Kanayatn Satango adalah subsuku Dayak Bakati’ yang bermukim di wilayah adat atau Binua Kanayatn Satango di Kabupaten Bengkayang. Bahasa yang dituturkan adalah bahasa Bakati’. Secara kebahasaan, bahasa ini tergolong dalam rumpun Bidayuhik (Wurm dan Hatorri, 1983). Suku Dayak Bakati’ Kanayatn Satango, terdapat di tiga kecamatan dalam dua kabupaten, yaitu Kecamatan Samalantan, Selakau, dan Tebas. Induk sukunya terdapat di Kecamatan Samalantan yang terletak di sebelah kanan Jalan Bengkayang-Singkawang. Adapun kampung-kampung yang termasuk ke dalam wilayah adat Kanayatn-Satango ini adalah Kampung Papan Pembai, Papan Tembawang, Bekuan (Baku’atn), Sijaruk Param, Sijaruk Timawakng, Papan Uduk, Papan Kersik, Papan Kolong, Kulong, Kinande, Janjat Pacok, Bengawit Song Bu, Manteng Jalatok, Mangap, Selayu, dan Majogo.
Jumlah mereka diperkirakan 8.200 jiwa Wilayah Dayak Bakati’ Kanayatn-Satango yang terletak di Kecamatan Tebas terdapat di Kampung Sebaab, Sedihat, Nyayat, Kadondong, dan Bagatok. Di Kecamatan Tebas mereka lebih dikenal dengan nama Tambang Laut. Tambang Laut ini merupakan nama suatu wilayah adat Dayak di Kecamatan Tebas. Di Kecamatan Selakau, mereka terdapat di Kampung Salobat-Buduk Sempadang dan Jirak. Menurut sensus tahun 2001 di Kecamatan Samalantan, orang Dayak Bakati’ Kanayatn-Satango berjumlah 5.280. Menurut sensus penduduk tahun 1996 (Data kecamatan) di Kecamatan Selakau Kampung Salobat dan Jirak dalam Desa Buduk Sempadang jumlah mereka sebanyak 113 jiwa yang terdiri dari 81 kepala keluarga. Sedangkan di Kecamatan Tebas terdapat sekitar 2.800 jiwa.
Di wilayah Kanayatn-Satango, istilah Kanayatn biasa juga disebut Kanayat. Istilah tersebut berasal dari kata layat, yaitu jemuran yang terbuat dari rotan besar (ui saga) atau biasa juga disebut ui jalayatn. Pada zaman dulu, orang-orang Dayak kebanyakan tinggal di rumah bantang (rumah panjang). Di bagian depan rumah panjang ini terdapat tali jemuran yang terbuat dari rotan. Setiap orang yang datang biasanya akan menggunakan tali ini untuk menjemur pakaian. Nama Satango adalah nama sebuah sungai yang mengalir di wilayah adat ini.Pada suatu peristiwa di wilayah Satango, ada seorang belian yang mengobati orang sakit. Sesudah mengadakan pengobatan. Sang belian mandi di Sungai Satango. Karena asyik mandi dan berendam di sungai ini, dia tidak menyadari ada buaya sedang mengintainya. Dengan secepat kilat, buaya itu memangsa si belian. Tubuhnya tercabik-cabik, tidak berbentuk lagi. Air sungai pun langsung berwarna merah darah. Orang yang melihat kejadian ini hanya mendapati sisasisa pakaian si belian yang tercabik-cabik. Pakaiannya ini kemudian dijemur orang di layat sehingga daerah ini kemudian disebut ‘Kanayatn Satango’.
Sistem kepercayaan masyarakat Dayak Bakati’ pada dasarnya bertitik tolak pada 2 prinsip, yakni percaya dengan adanya Tuhan yang satu dan percaya juga kepada roh-roh leluhur atau roh nenek moyang yang telah meninggal. Dalam sistem kepercayaan masyarakat Dayak Bakati’ memiliki kepercayaan bahwa setelah meninggal dunia, maka roh-roh orang tersebut jasadnya akan terus hidup. Bahkan, ada juga anggapan bahwa roh nenek moyang yang telah sampai di surga (saruga) dapat kembali ke dunia ini menjadi pelindung keluarga atau masyarakat. Kepada roh inilah terkadang masyarakat memohon perlindungan dan menyampaikan permohonan.
masyarakat Dayak Bakati’ juga percaya adanya dunia atas dan dunia bawah. Dunia atas adalah dunia di mana manusia yang hidup tidak bisa melihatnya. Dunia ini hanya ada dalam konsep dan dipercayai masyarakat. Mereka percaya bahwa setelah meninggal roh manusia kelak akan menuju ke sana dan mereka yang telah meninggal juga tidak semua rohnya dapat menuju ke sana, melainkan sesuai dengan perbuatan dan tindakannya selama ia masih hidup. Sementara orang yang meninggal namun rohnya tidak dapat masuk ke dunia atas, menurut kepercayaan mereka tetap berada di dunia bawah dan roh-roh inilah yang selalu mengganggu kehidupan manusia.
Dalam bertahan hidup, orang Dayak Bakati' sebagian besar hidup dalam budidaya pertanian seperti bertanam padi ladang, karet, jagung dan lada. Selain itu berburu dan mengumpul hasil dari hutan juga tetap dijalani oleh sebagian kecil dari masyarakat Dayak Bakati'. Saat ini masyarakat Dayak Bakati' telah melangkah lebih maju dengan banyaknya dari mereka yang bekerja di instansi pemerintah dan juga sebagai karyawan swasta, serta menjalani hidup sebagai pedagang.
Sumber:
[1] banuadayak.wordpress.com
[2] institutdayakologi.wordpress.com
Baju-baju model Bakati' ini yang paling sering dipakai di ajang perkenalan budaya Internasional. Mungkin karena warnanya yang hitam dan kesan tradisionalnya yang tidak biasa. Seperti batik, bisa juga diangkat ke tema moderen.
ReplyDelete@Taufik Nurrohman : Itu baju model kanayatn mas, sebenarnya pemilihan warna tergantung dengan sub suku Dayak itu sendiri, Sebenarnya original baju Adat Dayak itu kulit kayu. sementara warna yang dominan adalah hitam dan merah..
ReplyDelete