Dayak Bakati’ Taria’

Dayak Bakati’ Taria’ adalah subsuku Dayak Bakati’ yang tinggal di Binua Taria’, Kabupaten Bengkayang. Nama wilayah tempat tinggal ini, mereka gunakan untuk membedakan dirinya dengan orang-orang Bakati’ yang tinggal di wilayah adat yang lain, seperti misalnya di Binua Lape, Palanyo, Palayo, dan Payutn. Sebetulnya, mereka masih satu keturunan dan satu bahasa bahasa. Bahasa yang dituturkan oleh suku Dayak Bakati’ Taria’ adalah bahasa Bakati’. Secara kebahasaan bahasa ini tergolong ke dalam rumpun bahasa Bidayuhik (lihat Peta Linguistik Wurm dan Hatorri, 1983). Adapun kampung-kampung yang tergabung ke dalam wilayah adat Taria’ adalah Kampung Sakaruh, Sepogot, Jujur, Tuba Pasak, Bana, Mirah, Punti, Malo Jelayan, Tapakng Sabatol, Pulo Pinang, Temu Perbatu, Pacekng, Simpang, Tengkurap, dan Bandong. Jumlahnya kurang lebih 2.540 jiwa.


Dayak Bekati Teria
Gadis Dayak Bekati' teria' // Photo by N/A

Subuku Dayak Bakati’ di Kecamatan Tariak pada zaman bakayo dulu masih menyebut dirinya orang Bakati’ saja. Dengan terbaginya wilayah ini menjadi lima wilayah adat maka setiap orang Bakati’ yang tinggal di setiap wilayah adat tersebut menyebut dirinya sesuai dengan nama wilayah adat (binua) itu. Bagi masyarakat adat Dayak Bakati’ di teria padi dan beras bukanlah semata-mata komoditas semata, melainkan berkat dari Jebata (Tuhan Sang Pencipta) yang harus disyukuri. Padi dan beras adalah sumber kehidupan masyarakat Dayak Bakati’. Seluruh proses produksi padi berada dalam campur tangan Jebata yang harus dipandang sebagai rangkaian perjalanan hidup.

Sistem kepercayaan masyarakat Dayak Bakati’ pada dasarnya bertitik tolak pada 2 prinsip, yakni percaya dengan adanya Tuhan yang satu dan percaya juga kepada roh-roh leluhur atau roh nenek moyang yang telah meninggal. Dalam sistem kepercayaan masyarakat Dayak Bakati’ memiliki kepercayaan bahwa setelah meninggal dunia, maka roh-roh orang tersebut jasadnya akan terus hidup. Bahkan, ada juga anggapan bahwa roh nenek moyang yang telah sampai di surga (saruga) dapat kembali ke dunia ini menjadi pelindung keluarga atau masyarakat. Kepada roh inilah terkadang masyarakat memohon perlindungan dan menyampaikan permohonan.

masyarakat Dayak Bakati’ juga percaya adanya dunia atas dan dunia bawah. Dunia atas adalah dunia di mana manusia yang hidup tidak bisa melihatnya. Dunia ini hanya ada dalam konsep dan dipercayai masyarakat. Mereka percaya bahwa setelah meninggal roh manusia kelak akan menuju ke sana dan mereka yang telah meninggal juga tidak semua rohnya dapat menuju ke sana, melainkan sesuai dengan perbuatan dan tindakannya selama ia masih hidup. Sementara orang yang meninggal namun rohnya tidak dapat masuk ke dunia atas, menurut kepercayaan mereka tetap berada di dunia bawah dan roh-roh inilah yang selalu mengganggu kehidupan manusia.

Sumber:
[1]Dayakologi.org
[2]institutdayakologi.wordpress.com

No comments:

Post a Comment