Dayak Banyuke terdapat di Kabupaten Landak (Kecamatan Air Besar) dan Kabupaten Sanggau (Kecamatan Kembayan). Di Kabupaten Landak (Kecamatan Air Besar) Mereka telah bercampur dengan subsuku Dayak yang lain yang berbahasa Balangint. Di wilayah ini terdapat gabungan beberapa subsuku, seperti Dayak Banyuke, Dait, Behe, dan Sempatung. Jumlah penutur bahasa gabungan antara sub-subsuku Dayak tersebut sebanyak 1.468 orang yang terdiri dari laki-laki 711 orang dan perempuan 757 orang. Data ini diambil di Kantor Kecamatan Air Besar berdasarkan hasil pendataan penduduk pada bulan September 1998.
Di Kabupaten Sanggau, kelompok ini tersebar di Kecamatan Kembayan, yaitu di Kampung Empaot, Sekumpai, Segok, Ongok, Sei Rambai, Tanak, dan Sei Bayur/Tanjung Harapan. Sedangkan di Kecamatan Toba hanya terdapat sebuah kampung saja, yaitu di Kampung Mangkup. Sementara itu, di Kecamatan Tayan Hulu terdapat di Kampung Galong, Engkasan, dan Tengkawang. Adapun jumlah penutur bahasa Banyuke di Kabupaten Sanggau ini diperkirakan berjumlah 4.090 jiwa. Penyebaran penduduk yang dilakukan oleh sekelompok orang yang membentuk satu kesatuan komunitas dan mempraktikkan adat-istiadat/budaya dari tempat asalnya, biasanya tidak menghilangkan identitas asal, termasuk bahasa yang dituturkannya.
Hal inilah yang terjadi pada sekelompok masyarakat yang berasal dari subsuku Dayak Banyuke di Kabupaten Landak (dulu Kabupaten Pontianak) yang melakukan migrasi ke “Tanah Dara Nante” Kabupaten Sanggau. Mereka dapat dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok Banyuke Kembayan dan Banyuke Teraju.
Subsuku Dayak Banyuke ini selain menyebar ke Sanggau, juga menyebar ke berbagai binua yang masih berada di Kabupaten Landak. Subsuku tersebut yaitu;
1. Dayak Banyuke-Angkabakng
2. Dayak Banyuke-Banokng
3. Dayak Banyuke-Moro Batukng
4. Dayak Banyuke-Sakanis
5. Dayak Banyuke-Satolo
6. Dayak Banyuke-Satona ’
7. Dayak Banyuke-Songga Batukng
Dalam percakapan sehari-hari terutama di dalam keluarga masing-masing, mereka masih menggunakan bahasa ibu mereka. Di dalam pergaulan sehari-hari, pemakaian bahasa bersifat situasional. Akan tetapi, frekuensi pemakaian terbanyak menggunakan bahasa Banyuke (Ba-ampape) bercampur dengan bahasa Balangint. Secara kebahasaan, bahasa ini digolongkan ke dalam rumpun bahasa Melayik.
Sistem kepercayaan masyarakat pada dasarnya bertitik tolak pada 2 prinsip, yakni percaya dengan adanya Tuhan yang satu dan percaya juga kepada roh-roh leluhur atau roh nenek moyang yang telah meninggal.
Suku ini bertahan hidup mengandalkan sektor pertanian dan perkebunan untuk mendapatkan penghasilan, selain itu mereka juga melakukan perburuan binatang liar ke dalam hutan serta memelihara beberapa hewan ternak seperti babi dan Ayam, Saat ini tidak sedikit juga dari masyarakat suku Suku Dayak Banyuke Moro sudah melangkah lebih maju untuk bekerja di sektor pemerintahan maupun swasta.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
saya sangat tertarik dengan semua artikel dalam blog ini, terus kembangkan lagi, karena suatu saat blog ini dapat menjadi inspirasi bagi orang2 yang membacanya. saya berharap semakin banyak orang2 dayak yang peduli dengan budayanya..
ReplyDeletesaya mau bertanya kalau boleh tau dari mana referensi artikel-artikel ini didapat, soalnya saya juga tengah mencari banyak referensi tentang Dayak dan budayanya. saya kira suatu saat kita dapat saling berkomunikasi utk membahas hal2 yang berkaitan dengan ini.
salam hangat, YUSDI
saya sangat tertarik dengan semua artikel dalam blog ini, terus kembangkan lagi, karena suatu saat blog ini dapat menjadi inspirasi bagi orang2 yang membacanya. saya berharap semakin banyak orang2 dayak yang peduli dengan budayanya..
ReplyDeletesaya mau bertanya kalau boleh tau dari mana referensi artikel-artikel ini didapat, soalnya saya juga tengah mencari banyak referensi tentang Dayak dan budayanya. saya kira suatu saat kita dapat saling berkomunikasi utk membahas hal2 yang berkaitan dengan ini.
salam hangat, YUSDI
ternyata suku dayak itu ada banyak macam nya ya mas. Baru tahu saya. Luar biasa artikel nya. Good job :)
ReplyDelete@Lin So Dee: Terima kasih kawan sudah berkunjung dan menyisihkan waktu untuk membaca dan berkomentar. Sebenarnya Referensinya kalau di tulis ada puluhan, sebagian informasi didapat dari beberapa pengalan artikel yang tersebar di internet yang dirangkum dan di sadur menjadi sebuah artikel. Untuk berdiskusi dan menghubugi admin bisa di baca di halam about disana ada halaman contac untuk admin...
ReplyDelete@Wahyu Eka Prasetiyarini : Ia mbak banyak sekali sepertinya akan jadi ladang Ide artikel...Terima kasih mbak sudah berkunjung..
Sedikit informasi buat Admin, asal muasal Dayak Banyuke di Kab. Sanggau adalah di kec. Tayan Hulu kmpung Engkasan.
ReplyDeleteJaman bakayo dlu, terjadi perang antar 3 Suku dayak : Hibun/Ribun, Dait, dan sekayam
Singkat cerita, moyang kami bernama Legoh datang memperdamaikan daerah yg didiami 3 suku tersebut. Moyang kami berhasil dlm mencapai misinya, dan akhirnya salah satu dari suku tersebut memberi tanah untuk didiami moyang kami yg diberi nama Engkasan, 3 suku tersebut kembali ke daerah mereka masing2 dan mulai dari itulah tanah Banyuke pertama di Banua daranante. Hingga saat ini ada 11 desa yg didiami penduduk suku dayak Banyuke.
"Sukses terus buat admin, blognya dikembangkan lagi min. Tuhan memberkati admin dan keluarga, Salam dari kami Parucuk Legoh"